Oleh: Jawir Julfikar - STAI Al-Fatah
Delapan hari perang Israel dan Palestina kali
ini menghasilkan sesuatu yang beda, bukan hanya menyisakan korban luka dan
tewas serta puing-puing bangunan hancur namun juga status dan harapan baru bagi
rakyat Palestina.
1300 roket yang diluncurkan oleh pasukan AL
Qassam ke jantung ibu kota Israel Tel Aviv ternyata membuat Israel kocar-kacir
sehingga membuat mereka mesti meminta gencatan senjata dengan Palestina.
Senjata pertahan milik Israel bernama Iron Dome yang selama ini dibanggakan
oleh Israel yang katanya mampu menahan serangan roket-roket para pejuang
Palestina ternyata tidak seperti yang diharapkan.
Sebuah rekor yang fantastis, untuk pertama
kalinya roket-roket pejuang Palestina mampu meyerang langsung ke ibu kota
negara Yahudi itu. Lebih dari 160 korban jiwa di Palestina dan ribuan korban
luka-luka tak membuat para pejuang Palestina takut untuk melakukan serangan
balasan, malah pejuang Palestina menantang tentara zionis untuk melakukan
perang darat, namun tak digubris oleh Israel. Apakah Israel takut? bisa saja
melihat betapa pengcutnya mereka yang hanya melakukan perang dengan menyerang
rakyat sipil, anak-anak dan wanita sebagai sasaran mereka.
Serangan balasan yang dilakukan para pejuang
Palestina hingga berhasil mejatuhkan pesawat tempur F-16, helikopter apche dan
menghancurkan tank milik Israel membuat Israel berpikir panjang untuk
melanjutkan invasinya di jalur Gaza. Kesepakatan senjatapun terjadi, menteri
Luar Negeri Amerika Hillary Clinton di utus langsung untuk menemui Presiden
Mahmoud Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menjadi
jembatan kesepakatan gencatan senjata itu. Palestina menerima genjatan itu
dengan syarat di bukanya seluruh blokade yang selama ini memenjarakan kebebasan
rakyat Palestina.
Baru
sehari setelah gencatan senjata tercapai, tentara Israel membunuh seorang
pemuda dan melukai 19 lainnya di Khan Younis, selatan Gaza dan dua warga
Palestina tewas karena menderita luka akibat serangan tentara Israel di dekat
pesisir pantai Gaza. Dan bukan hanya itu, pembangunan pemukiman ilegal baru di
Tepi Barat sebnyak 3000 rumah juga menunjukan sikap Israel yang suka
menghianati perjanjian.
Jumat 30 November kemarin menjadi hari bersejarah bagi Palestina,
setelah sekian lama berusaha untuk mendapatkan pengakuan di PBB akhirnya
majelis Umum PBB menyetujui resolusi Kamis untuk meng-upgrade Palestina
dari “badan peninjau” menjadi "negara peninjau non-anggota" di
PBB, yang secara implisit mengakui negara Palestina.
Menyambut keputusan ini,
sekitar 2.000 warga Palestina memenuhi jalan di kota Ramallah, Tepi
Barat. Mereka membawa bendera Palestina, berteriak bahagia dan menyalakan
kembang api sebagai tanda perayaan. Bendera kuning Fatah mendominasi jalanan
Gaza. Namun tak sedikit pula bendera hijau Hamas berkibar. Ada 138 suara
setuju, sembilan menentang dan 41 abstain.
Perancis yang selama ini menjadi sekutu bagi Amerika juga Israel
tak disangka ternyata mendukung Palestina yang akhirnya membuat Amerika
mengecamnya. Dan berita terbaru berkunjungannya pemimpin Hamas di Mesri Khalled
Meshaal ke Gaza untuk pertama kali setelah 1967 juga membuat Israel tidak
tenang dan mengancam akan membatalkan gencatan senjata, ada apa? Kenap Israel
takut?
Sebuah langkah awal yang sangat bagus bagi Palestina untuk meraih
kemerdekaanya, dua fraksi besar Hamas dan Fatah yang memiliki ideologi yang
berbeda, Fatah menginginkan status dua negara berdampingan secara damai antara
Palsetina dan Israel sedangkan Hamas menolak resolusi dua negara berdampingan
dan lebih memilih untuk kembali merebut wilayah Palestina seperti seblum tahun
1948 yang terbagi 20% Israel dan 80% Palestina yang saat ini malah dikuasai 88%
oleh Israel karena itu adalah hak rakyat Palestina.
Semoga ada jalan keluar yang lebih baik dalam mempersatukan dua
fraksi besar ini dan Palestina segera terbebas dari penjajahannya yang sudah 60
tahun ini dan Israel mendapat hukuman yang setimpal atas kejahatannya di
amnesti internasioanl atau tidak ada lagi yang namanya negara Israel di dunia
ini. Seperti kata Gillad Aztmon yang berdarah Yahudi asli itu “Isrel lebih
pantas berada di planet lain”.
0 Komentar:
Posting Komentar
Mohon tanggapan, kritik. saran dan masukan....
Jazakakumullah Khair..