Oleh : Ust. Ali Farkhan Tsani
Perjuangan rakyat dan bangsa Palestina menghadapi penjajahan Israel
tidak hanya milik kaum laki-laki. Akan tetapi, kaum wanitanya pun tidak
kalah ketinggalan.
Kaum wanita Palestina yang terdiri dari kaum ibu, termasuk
nenek-nenek, para isteri, saudara-saudara wanita, hingga anak-anak
wanita mereka memiliki peran penting dan luar biasa dalam semua tahapan
perjuangan melawan kezaliman Zionis Israel di negeri para nabi
Palestina.
Kaum wanita Palestina menempuh cara jihad yang mengagumkan, antara lain sebagai berikut:
Kaum wanita Palestina menempuh cara jihad yang mengagumkan, antara lain sebagai berikut:
Pertama, mengobarkan semangat jihad di lingkungannya.
Sejak Inggris menduduki tanah Palestina tahun 1917, wanita Palestina
berusaha mengobarkan semangat jihad kepada suami mereka, anak-anak
mereka, saudara-saudara dan orang tua mereka, untuk pergi berjihad
mengusir penjajah Zionis Israel dari negeri penuh berkah Palestina.
Wanita muslimat Palestina tentu menyadari bahwa jumlah laki-laki yang
akan berjihad sangat sedikit dengan perlengkapan perang yang juga
kurang memadai sama sekali. Tetapi kaum muslimat Palestina menyadari
bahwa semua itu bisa diatasi dengan adanya bara api semangat jihad
karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apalagi tanah yang mereka adalah tanah
yang dahulu didiami oleh para nabi dan rasul mulia utusan Allah, tempat
berdirinya Masjid Al-Aqsha kiblat pertama umat Islam, dan tanah wakaf
umat Islam semenjak Khalifah Umar bin Khattab menetapkannya sebagai
tanah wakaf kaum muslimin, sampai kapanpun.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَرِّضِ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ
يَكُنْ مِنْكُمْ عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَإِنْ
يَكُنْ مِنْكُمْ مِئَةٌ يَغْلِبُوا أَلْفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا
بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
Artinya : “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk
berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antara kamu, niscaya
mereka dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus
orang (yang sabar) di antaramu, mereka dapat mengalahkan seribu daripada
orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak
mengerti”. (QS Al-Anfal / 8 : 65).
Kedua, menunjukkan ketegaran luar biasa dalam menghadapi berbagai
tindak kekerasan penjajah yang menangkapi suami, saudara-saudara
laki-laki, dan anak-anak laki-laki mereka, menangkapi mereka, hingga
mengeksekusi mati mereka.
Sebagai contoh, ketika tiga mujahid Palestina dieksekusi, yaitu :
Fuad Hijazi dari Safad, Atha Al-Zier, dan Muhammad Jumjum dari Hebron,
pada hari Selasa tanggal 17 Mei 1930. Pada saat itu tidak ada satu kaum
muslimat Palestina pun yang tidak turun ke jalan, menyampaikan
belasungkawa terhadap keluarga syahid, sekaligus ucapan selamat atas
diraihnya predikat syahid bagi suami-suami mereka yang telah
mempersembahkan darahnya demi perjuangan.
Ketiga, menyumbangkan perhiasan mereka untuk pembelian senjata para
mujahid dalam mengusir penjajah. Para mujahid di Palestina, membiayai
perjuangan mereka dari kantong-kantong pribadi mereka sendiri. Tak
terkecuali adalah harta perhiasan paling berharga yang dimiliki
isteri-isteri mereka sendiri, dengan ikhlas.
Contoh yang paling menonjol antara lain, ketika Syeikh Izzuddin
Al-Qassam melancarkan revolusi jihad melawan pendudukan Inggris. Beliau
berpesan kepada isteri dan anak-anaknya bahwa dirinya akan bersiap
menjemput syahid di jalan Allah, seraya berharap agar keluarganya tidakl
shock bila mendengar dirinya telah gugur di medan jihad. Dengan serta
merta, isterinya menyerahkan semua perhiasan yang dimilikinya, yang
dahulu diterima dari suaminya itu, untuk membeli perbekalan perjuangan
sang suami bersama para pengikutnya.
Demikian pula yang dilakukan oleh isteri dari salah satu anak buah
Syeikh, yaitu isteri Etea Ahmed Al-Misri yang menitipkan perhiasan
berupa gelang emas senilai sekitar 80 pounds untuk bekal jihad membela
agama Allah.
Keempat, terlibat dalam aksi sosial di lingkungan masyarakat di berbagai daerah konflik untuk kepentingan masyarakat.
Kelima, bagi kaum muslimat intelektualnya ikut melibatkan diri dalam
kancah politik pemerintah, memberikan sumbangan pemikirannya untuk
kemaslahatan pembangunan.
Keenam, ini yang paling menonjol hampir di seluruh daerah sampai ke
pelosok-pelosok desa, yakni mendidik anak-anak mereka untuk cinta jihad
dan menjadikan syahid di jalan Allah sebagai cita-cita tertinggi dan
termulia mereka. Sebab menurut kaum muslimat Palestina, ibu-ibu di sana,
hidup tanpa jihad dan syahid, tidak ada artinya sama sekali di sisi
Allah.
Tokoh paling berpengaruh dalam pendidikan jihad anak-anak Palestina
adalah Ummu Nadhal Farhat yang dijuluki sebagai “Khansa Palestina
Pertama”.
Jihad yang paling mengagumkan kaum mualimat Palestina adalah
keterlibatan mereka secara langsung ke medan jihad dengan diri-diri
mereka sendiri.
Mereka terlibat langsung dalam aksi-aksi jihad melawan penjajah. Hal
ini diwujudkan secara nyata dalam berbagai tindakan, meliputi :
- Menghimpun dana dari kantong-kantong masyarakat untuk menguatkan jihad di jalan Allah.
- Memberikan perlengkapan akomodasi yang diperlukan oleh para mujahid.
- Mengobati luka mereka seusai terjadi pertempuran. Hal ini dipelopori oleh isteri pahlawan terkemuka Abdul Qadir Al-Husayni.
- Mengantar makanan dan minuman kepada para mujahid langsung ke medan pertempuran, meski bahaya jelas-jelas mengancam jiwa mereka.
- Memberikan perlindungan kepada para mujahid. Seperti dipelopori oleh Ummu Nadhal Farhat terhadap pahlawan Emad Aql. Ummu menyembunyikan sang pejuang yang oleh Zionis Israel disebut sebagai “orang yang memiliki tujuh nyawa”, sebab beberapa kali dicoba dibunuh tetapi selalu lolos atau hidup. Emad lah sang komandan tempur yang memiliki kata-kata semboyan terkenal di seantero Palestina, “Sesungguhnya membunuh agresor Zionis Israel di medan tempur adalah ibadah yang saya lakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah”. Akhinrya, Emad memang syahid di jalan Allah, ketika di persembunyiannya, ia bertempur melawan tidak kurang dari 200 tentara Zionis Israel yang mengepungnya. Ia pun syahid menemui rabbnya pada tanggal 24 November 1992.
- Mengantar surat-surat penting antar mujahidin dari satu titik tempat ke titik tempat lainnya, secara rahasia namun penuh bahaya. Seperti dipelopori isteri Syeikh Ahmad Yasin. Ia harus mengirim surat-surat penting dari suaminya dari balik jeruji besi penjara Zionis Israel untuk para pejuang di lapangan. Begitu pula sebaliknya, ia mengantar surat-surat dari para mujahid di daerah-daerah perjuangan.
- Mengantarkan para mujahid dengan mobil-mobil mereka ke tempat-tempat perjuangan melawan Zionis Israel.
- Melakukan aksi-aksi demo di jalan-jalan menentang penjajahan Zionis Israel. Ini dipelopori oleh Shama’ Jumah Shiyam, isteri Syeikh Muhammd Shiyam, yang kala itu (tahun 1980-an) menjabat sebagai Rektor Universitas Islam Gaza dan sebagai Imam dan Khatib Masjid Al-Aqsha. Shama’ Jumah mengkoordinasi kaum muslimat Palestina untuk turun ke jalan, membuat pagar betis, menghalangi tentara-tentara Zionis Israel yang waktu itu hendak masuk ke kawasan Masjid di Gaza. Sementara kaum mujahid pejuang-pejuang Palestina berada di dalam masjid. Hingga akhirnya Zionis Israel menemui tangan kosong, pulang dalam keadaan hampa tidak menemui sasaran.
- Menyerukan semangat berperang setiap saat, tidak gentar menghadapi keganasan Zionis Israel. Sebagai contoh, suatu ketika komandan beserta satu regu pasukan tentara Zionis Israel merangsek ke sebuiah kamp pengungsian Palestina, untuk menangkap pemilik kamp yang merupakan mujahid Al-Aqsha yang dicari-cari. Namun mereka tidak menemukannya. Maka komandan Zionis Israel itu menangkap tiga anak terbesarnya dari enam anak mereka sebagain sandera tahanan. Kedua mata sang ibu pun tampak berkaca-kaca melihat ketiga anaknya digelandang keluar kamp. Si Komandan mengira, inilah titik kelemahan sang ibu. Hingga ia pun berkata keras, “Jika kamu tidak menunjukkan tempat suamimu, besok saya akan datang lagi dan akan menangkapi sisa anakmu itu!”.
Di sinilah suara sang ibu terdengar lantang walaupun parau teriring
isak tangis, “Saya punya enam anak seperti yang kamu lihat…! Saya sudah
bernazar atas nama Allah, lima darai anak-anakku untuk gugur sebagai
syuhada di jalan Allah. Dan yang keenam pun akan menggantikan mereka
dengan izin Allah…!”. Sang komandan dan tentara-tentaranya pun tampak
bingung, gentam dan tidak bisa mengatatakan apa-apa lagi.
Ini
yang paling disorot publik internasional, yakni melakukan operasi “bom
syahid” ke medan pertempuran. Hal ini misalnya dilakukan oleh sekelompok
kaum muslimat yang menyiapkan dirinya syahid di daerah Khan Yunis,
Palestina. Sebenarnya aksi ini bukan hanya mengentarkan penjajah Zionis
Israel. Tetapi juga mencengangkan dunia, termasuk dunia Arab dan Islam.
Sebab aksi seperti ini tidak biasa mereka lakukan, di mana seorang
muslimat mengikatkan pinggangnya yang indah dan ramping dengan sabuk
rompi bom yang diisi bubuk mesiu. Kemudian menyelinap ke sekerumunan
tentara Zionis Israel, lalu meledakkan dirinya. Setelah itu tubuhnya
terpotong-potong terpencar ke mana-mana, sementara pada saat yang sama
beberapa bahkan puluhan tentara Zionis Israel pun meregang nyawa, tewas
seketika dan beberapa lainnya luka-luka.
Para Khansa Palestina, merujuk kepada nama sahabat muslimat jaman
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang pemberani di medan
pertempuran, menulis dalam agenda perjuangan muslimat Palestina.
“Bungkamlah seluruh pernyataan, berhentilah seluruh pena untuk mencatat,
stoplah menyerukan yel-yel kering. Sebab aksi bom syahid muslimat
Palestina di medan tempur telah meringkas semua kata-kata dan pernyataan
itu hanya dalam beberapa detik. Mereka telah membuang semua kehinaan.
Mereka telah mengembalikan keberanian dan kepahlawanan bangsa Arab yang
sudah lama terbuang dan lenyap. Mereka mengembalikan itu semua di tengah
keputusasaan, di tengah-tengah perasaan kalah dan hina dan bungkamnya
bangsa Arab yang memalukan!!!”.
Beberapa pejuang muslimat Palestina
Beberapa pejuang muslimat Palestina yang melakukan aksi bom syahid itu antara lain :
Wafa Ali Idris (26 tahun) : Dialah pejuang Palestina yang melakukan
serangan di jlur Yafa, jantung kota Al-Quds Barat. Dia menjadi syahidah
pada hari Ahad tanggal 27 Januari 2002. Dialah muslimat pertama pelaku
aksi syahid melawan Zionis Israel. DR. Syeikh Shiyam, Imam Besar dan
Khatib Masjid Al-Aqsha serta Rektor Universitas Islam Gaza, pada waktu
itu menulis syair, “Semoga Allah mengekalkan seorang muslimat sepertimu.
Wahai muslimat pertama pelaku aksi syahid dalam operasi AL-Quds yang
mencengangkan seluruh thaghut. Keturunan Yahudi Zionis pun ketakutan
dari aksi muslimat Palestina itu. Berbahagialah bagi mereka yang
mengikuti Wafa dan memberikan prestasinya. Ia akan menjadi lentera yang
menerangi kami di pojok-pojok gelap”.
Noura Jamal Shalhob (15 tahun) : Ia adalah bunga kaum muslimat pelaku
serangan bom syahid dalam usia sekolah. Ia melakukan serangan ke arah
pasukan Zionis Israel di Perlintasan Militer At-Thaibah Palestina yang
memisahkan antara wilayah-wilayah yang dijajah tahun 1967 dan
wilayah-wilayah jajahan tahun 1948. Di sanalah Noura menyerang tentara
Zionis Israel dengan teriakan “Allahu Akbar!!!”. Salah satu tentara
Zionis Israel tewas seketika, satunya lagi mati suri. Seorang sniper
Zionis Israel berhasil menembaknya dengan peluru mematikan. Noura gugur
sebagai syuhada pada hari Senin pagi tanggal 25 Februari 2002.
Darren Mohammed Abu Eisha (22 tahun) : Ia mahasiswi yang masih kuliah
di tahun keempat di Universitas An-Najah di Nablus Palestina. Ia
berasal dari desa Beit Wazn, Nablus Tengah. Ia adalah salah satu aktivis
muslimat di kampusnya. Ia datang ke pimpinan militer Harakah
Al-Muqawwamah Al-Islamiyah (Hamas), meminta dirinya bergabung dengan
sayap militernya. Karena permintaannya tidak dipenuhi, ia menuju ke
Batalion Al-Aqsha. Dari sinilah ia melakukan aksi syahid di salah satu
Perlintasan Militer Zionis Israel di Tepi Barat Palestina pada malam
Rabu tanggal 27 Februari 2002.
Ayat Mohamed Akhras (16 tahun) : Ia masih tergolong muda, berasal
dari kamp pengungsian Dhehishah Betlehem. Ia masih pelajar di salah satu
sekolah menengah atas di Betlehem. Ia adalah muslimat pahlawan operasi
serangan syahid di kota Yerussalem pada suatu sore hari Jumat tanggal 29
Maret 2002.
Muha Abdel Hadi (17 tahun) : Ia juga masih sangat muda, berasal dari
kamp pengungsian Jenin. Penyebabnya karena sebelumnya Zionis Israel
menyerang rumah keluarganya untuk menangkap salah satu saudaranya. Ia
bergegas menyiapkan bahan peledak di dalam tubuhnya. Lalu sang gadis
meledakkan dirinya di kerumunan tentara Zionis Israel. Sebagian di
antara mereka tewas, sebagian lainnya luka-luka, dan tentu saja Muha
gugur sebagai syahid pada pagi itu Sabtu tanggal 6 April 2002.
Andaleeb Khalil Taqatqah (20 tahun) : Ia berasal dari desa Fajjar
Betlehem. Ia menemui syahid di daerah Mahane Yehuda pada hari Jumat
tanggal 12 April 2002.
Hibbah Azim Daraghmeh (19 tahun) : Ia berasal dari desa Tubas dekat
kota Jenin. Ia berasal dari Batalion Al-Aqsha, pelaku aksi syahid di
daerah Hama’kem pada siang hari Senin tanggal 19 Mei 2003.
Hanadi Taisir Jaradat (29 tahun) : Ia seorang wanita pengacara dari
Jenin, berasal dari Batalion Al-Aqsha. Melakukan aksi syahid di gerbang
masuk sebelah kota Haifa pada sore hari Sabtu tanggal 4 Oktober 2003.
Reem Saleh Rayashi (22 tahun) : Ibu dua anak, Dhuha (2,5 tahun) dan
Mohammad (3 bulan) berasal dari kampung Zeitoun, Gaza City. Ia dari
Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas. Ia adalah pahlawan aksi
serangan di Perlintasan Erez pada Rabu pagi tanggal 4 Januari 2004.
Sana Qadeih : Ia berasal dari desa Abasan sebelah timur kota Khan
Yunis dari Brigade Al-Qassam. Saat iti tentara Zionis Israel mengepung
rumahnya pada hari Ahad pagi tanggal 21 Maret 2004 untuk menangkap
suaminya, salah satu komandan Brigade Al-Qassam. Sang isteri dengan
tegar dan berani menghadapi serangan Zionis Isarel. Ia melakukan aksi
syahid dengan bom yang sudah disiapkan pada tubuhnya. ia pun gugur
bersama suaminya.
Zainab Isa Abu Salem (18 tahun) : Ia berasal dari kamp pengungsian
Askar Baru sebelah timur kota Nablus. Ia termasuk dari Brigade Al-Aqsha,
pahlawan revolusi serangan Perancis Hill di Yerusalem, yang merupakan
pangkalan bus tentara Israel. Operasi syahid dilakukan pada hari Rabu
sore tanggal 22 September 2004.
Mervat Mas’oud (19 tahun) : Ia berasal dari kamp perkemahan Jabaliya,
utara Jalur Gaza. Ia melakukan aksi syahid di tengah-tengah patroli
tentara Zionis Israel pada hari Senin sore tanggal 6 November 2006.
Fatimah Al-Najjar (68 tahun) : Ia adalah seorang nenek para pejuang
aksi syahid di bumi Palestina. Ia adalah ibu dari 2 anak perempuan, 7
anak laki-laki, dan nenek dari 44 cucu. Sang nenek gugur sebagai syuhada
pada malam Kamis tanggal 22 November 2006. Ia memiliki kesempatan itu
ketika sekelompok tentara Zionis Israel menduduki rumah anggota Dewan
Legislatif dari Hamas, Jamila El-Shanti di desa Beit Hanoun. Maka
Fatimah segera mengenakan rompi bom, lalu merangsek ke tangah-tengah
tentara Zionis Israel yang menguasai rumah itu. Setelah mengucapkan dua
kalimah syahadat, nenek itu menjadi syahidah bersama dengan meledaknya
bom.
Demikianlah beberapa contoh keberanian kaum muslimat pejuang-pejuang
Palestina di dalam membela diri mengusir sang penjajah Al-Aqsha, Zionis
Israel. Tentu saja masih banyak lagi muslimat-muslimat lainnya yang
tidak kalah beraninya di dalam membela agama Allah di bumi Palestina,
negeri para nabi dan rasul utusan Allah.
sumber : Miraj News Agency
2 Komentar:
Tulisan yang bagus
Tulisan terkait tentang peran gender
PERGESERAN PERAN GENDER DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS PEKERJA RUMAH TANGGA PEREMPUAN
alhamdulillah klo gtu... ^_^
Posting Komentar
Mohon tanggapan, kritik. saran dan masukan....
Jazakakumullah Khair..